2003/09/30

akhir !

Nah ini lah kalo misalnya kalo kita mengakhiri sesuatu baik itu persahabatan, kisah cinta, kisah misiteri atau kisah kisah bull shit yang ada di dunia ini.. ! pastikan semuanya berakhir sesuai keinginan kalian !!! jgn biarkan akhirnya pait untuk kalian


UJUNG

akhirnya ini berakhir
semuanya telah dilewati
saatnya kutanggalkan semua
berat juga teman
meninggalkanmu
tapi inilah akhirnya
baik buruk ini harus kita terima
tak kan kuhilangkan kisah kita
biar itu menjadi sejarah
sejarah kita bersama
yang pasti akan kita kenang
selalu dan abadi
sampai nanti kita mati

! semua pasti ada akhirnya !
! dan biarlah akhir itu menjadi awal untuk akhir yang baru !

2003/09/27

bunuh ketidaknyataan

Nah kan apa kalian bosan dengan sesuatu yang paling kalian makan ? kenapa tidak dimuntahin kalo gitu ? kalo lo makan terus itu bakalan jadi penyakit untuk otak dan perut kamu teman, sama dengan hal2 yang lain kita ambil saja pemerintahan sapa sih orang indonesia yang ga bosen ngeliat negaranya kek gini terus ?? jawabannya tanya saja diri kalian sendiri !

Lawan

kamu !
berdiri penuh kebanggaan
kebanggan kosong
tipu daya belaka
kau sombongkan

janji palsu kau obral
tiada satupun nyata
sgala ucapan manis itu
ah sangat menjijikan

kami muak
bacotmu itu cambuk
menyiksa menggusur
memaksa untuk patuh
lelah kami akan itu

berontak itu jawabannya
saatnya untuk melawan
jatuhkan benda laknat itu
injak injak sampai mati
tidak patut untuk dikenang
waktumu sudah tiba
jangan mengelak !
jangan menghindar !
jangan kabur !
dimana tanggung jawabmu !


inspirated by Jeruji track Lawan ! one word L.A.W.A.N

2003/09/25

hikssssssssss....

Aduh.. kenapa harus gini sih ?? apakah harus ini berlalu sendirinya terus kita terima aja mentah mentah.. itu tergantung karakter kalian ! coba lah untuk selalu kritis, kadang2 sesuatu yang tidak sesuai dengan keinginan kita harus kita terima, gak bisa ditolak loh, coba deh untuk menerima semua dan jalani !

pasrah

serahkan semua
biarkan terjadi
jangan coba hentikan
biarlah kuterima

terus bertahan
perihnya luka tersayat
sgala cacian pun terdengar
sakit itu biasa
tak jauh dari siksaan
berlinang air mata darah
tak kan pernah kulawan

apa yang kudapat
pasti kan kuterima
apa pun
semuanya
lebih banyak pahitnya
tak satu pun manisnya
smoga ini ada akhirnya

T_T

2003/09/21

semuanya terlambat

glek... drugs ? girl ? etc... etc... semua yang membuai dan membuat hidup lebih indah dengan cara yang SALAH !!! cobalah tinggalkan, jangan sampai lo orang telat dan sadar kalo udah mau mati aja ! pikir 2 kali dulu coy before u act ! en jangan ikut2an ! kek gue ikut2an buat blogger.. shit...

Terlambat

terbuai dengan kenikmatan
terlena akan kemolekan
terpana akan keindahan
terjerat pada dunia

hilang harapan tuk kembali
kini semua telah bulat
maut telah dekat
mustahil kau selamat

beban dosa yang berat
pikul semuanya itu
dan rasakan buah itu
pahit dan asam
itu upah untukmu
terima dan makan saja
karena semua tlah terlambat
selalmu pun tak berguna

#%*&#(*%&*(#&%(#^&*^%&*#^$*&^@#*&$@()&#(@
terlambatttttttttttttttttttttttttttttttt !!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!

2003/09/19

FUCK YOU! We're from Bandung!!

Hmm apa pula ini.. koq ngefuck sih ? mentang2 dari Bandung ! baca dulu kawan, isinya jangan lo vonis seenaknya man, nb : kalo lo ga baca ga usah komentar yah ! fuck you i'm from CIMAHI !!

FUCK YOU! We're from Bandung!!

Ditulis untuk majalah Latitudes edisi Maret/April 2003

Judul tulisan ini saya temukan secara tidak sengaja pada bagian
belakang t-shirt teman saya. Berawal dari situ, saya kemudian mulai
merasa kalau ini ternyata bukan judul tulisan biasa. Di Bandung, t-
shirt semacam ini memang satu hal yang sangat lazim. Demikian juga
dengan geng motor tua, sepeda bmx, hip-hop, break dance sampai dengan
komunitas punk yang tersebar di beberapa tempat di Kota Bandung.
Dengan penampilannya yang spesifik, kelompok ini menyebar di kampus-
kampus, pojok-pojok jalan, daerah pertokoan, mal, dan lain
sebagainya. Di malam minggu, beberapa komunitas ini biasanya bisa
terlihat di sekitar Jalan Dago, Gasibu, BIP, Cihampelas, sampai Jalan
Braga. Bandung memang berbeda dengan Jakarta. Di Kota ini, kebanyakan
orang masih punya banyak waktu luang untuk memikirkan beberapa hal
detail yang bermuara pada bermacam kecendrungan akan gaya hidup,
perilaku, dan aliran pemikiran.

Dadan Ketu, sebutlah demikian. Terlahir di Kota Bandung pada tahun
1973, pemilik nama ini bukanlah figur yang asing lagi bagi mereka
yang akrab dengan komunitas underground di Kota Bandung di era
pertengahan '90-an. Bersama 8 orang temannya, pada sekitar tahun '96,
ia berinisiatif untuk membentuk sebuah kolektif yang kini dikenal
dengan nama Riotic. Melalui ketertarikan akan satu model ideologi
yang sama, komunitas ini kemudian mulai memproduksi musik rilisan
mereka sendiri, yang kemudian berkembang menjadi sebuah toko kecil
yang menjual segala macam pernak-pernik dari mulai kaset, merchandise
band, t-shirt dan lain sebagainya. Lain lagi dengan Dede yang bersama
keempat temannya mendirikan sebuah distro yang bernama Anonim pada
tahun 1999. Terutama karena ketertarikan pada musik dan film, mereka
kemudian mulai menjual t-shirt yang dipesan secara online melalui
internet. Kini selain menjual barang-barang import, mereka juga
menjual kaset-kaset underground dan produk-produk dari label clothing
lokal, yang konon kabarnya mencapai sekitar 200 label clothing yang
muncul bergantian seperti cendawan di musim hujan.

Riotic dan Anonim, dua nama ini adalah sedikit dari deretan nama-nama
seperti Disconnect, Harder, Monik, 347, No Label, Airplane, Ouval,
dan lain sebagainya. Sejak pertengahan '90-an, di Kota Bandung memang
bermunculan beberapa komunitas yang menjadi pelanggan tetap toko-toko
kecil - sebutlah distro - yang menjual barang-barang yang tidak
ditemui di kebanyakan toko, mal dan factory outlet yang kini juga
tengah menjamur di Kota Bandung. Berbekal modal seadanya, ditambah
dengan hubungan pertemanan dan sedikit kemampuan untuk membuat dan
memasarkan produk sendiri, kemunculan distro-distro semacam ini
kemudian mulai ikut menandai perkembangan scene anak muda di Kota
Bandung, termasuk juga kota-kota lain semisal Jakarta dan Yogyakarta.

Adalah Reverse, sebuah studio musik di daerah Sukasenang yang
kemudian menjadi cikal bakal yang penting bagi perkembangan komunitas
anak muda di Kota Bandung pada era '90-an. Di awal pemunculannya pada
sekitar tahun '94, semula Richard dan Helvi - 2 orang pendiri pertama
dari Reverse - hanya memasarkan produk-produk spesifik yang terutama
diminati oleh komunitas skate board. Dapat dikatakan, komunitas ini
kemudian merupakan simpul pertama bagi perkembangan komunitas ataupun
subkultur anak muda pada saat itu. Ketika semakin berkembang, Reverse
kemudian menjadi sebuah distro yang mulai mendatangkan CD, kaset,
poster, artwork, asesoris, dan lain sebagainya. Kemudian
bermunculanlah sederet komunitas baru yang lebih spesifik lagi, dari
yang semula hanya dijangkau oleh komunitas skate board, Reverse
kemudian mulai didatangi oleh beberapa kelompok scene yang lain.
Mulai dari yang meminati musik semacam pop, metal, punk, hardcore,
sampai pada kelompok skater, bmx, surf dan lain sebagainya. Menurut
Richard, saat itu kemunculan beragam komunitas semacam ini juga
didorong oleh munculnya film-film seperti The Warrior (Walter
Hill/1979), BMX Bandit (Brian Trenchard-Smith/1983),Thrashin (David
Winters/1986), Gleaming The Cube (Graeme Clifford/1989), dan film-
film sejenis yang bercerita mengenai berbagai macam komunitas anak
muda di Barat (Eropa - Amerika).

"Dulu gua kalo mau nyari posternya Frank Zappa nggak mungkin dapet di
tempat lain, pasti gua nyarinya ke Reverse!", ujar Edi Khemod,
seorang penulis yang juga merupakan salah seorang anggota dari Bio
Sampler, sebuah kolektif yang sering muncul dalam aktifitas artistik
di club scene kota Bandung dan Jakarta. Kondisi yang spesifik inilah
yang kemudian terbawa sampai pada distro-distro pada generasi
sesudahnya. Kembali menurut Richard, menurutnya mereka yang datang ke
Reverse itu kebanyakan mencari barang yang tidak terdapat di toko,
mall, atau departemen store. Hal ini juga diakui oleh Dadan dan Dede.
Menurut mereka rata-rata yang datang ke distro itu orang-orang yang
punya kebutuhan spesifik yang berbeda dengan kebutuhan orang
kebanyakan. Karena itu mereka mencari sesuatu yang lain, yang sulit
ditemukan di wilayah-wilayah yang lebih mapan.

Ada kemungkinan ini juga yang kemudian membuat dinamika perkembangan
industri musik, dan terutama fashion di Bandung selalu menemui banyak
pembaharuan. Dari mulai jaman celana jeans di Jalan Cihampelas, Tas
Ransel Jayagiri, jaman T-Shirt C-59, clothing lokal, band-band
underground, distro, dan seterusnya. "Perjumpaan yang terus menerus
dengan hal/orang/barang yang sama, kadang-kadang menimbulkan perasaan
jenuh/bosan/muak; bila tak tertahankan lagi, orang ingin
keluar/melepaskan diri dari situasi itu: ingin tampil beda." Demikian
urai Yuswadi Saliya, seorang dosen arsitek yang tinggal di Bandung
ketika membalas pertanyaan dalam email saya. Saya pikir demikianlah
adanya, Kota Bandung memang memiliki segudang rutin yang memaksa
setiap warganya untuk terus bergerak mencari sesuatu yang baru.

Biografi Kota: Dari Aktuil, Geng Motor Sampai Punk Scene

Sejak semula saya memang sudah menduga kalau tabiat masyarakat di
Kota Bandung juga terkait dengan setiap peristiwa, tempat, dan fakta-
fakta sejarah yang berlaku di kota ini. Konon kabarnya sejak dahulu
Kota Bandung memang dikenal sebagai kota yang penuh dengan
pembaharuan. Sejak dinobatkan sebagai kota terbuka oleh Gubernur
Jendral J.B. van Heutz pada tanggal 21 Februari 1906, Kota Bandung
kemudian menjadi tempat bagi tujuan wisata, perdagangan dan
pendidikan yang sedikit banyak memang membawa pengaruh bagi proses
pembaharuan yang ada di kota ini. Malah, pernah dahulu Kota Bandung
disebut sebagai 'Parijs van Java', dan diusulkan untuk menjadi pusat
bagi koloni orang Eropa yang singgah di daerah katulistiwa oleh
seorang ilmuwan yang bernama Ir. R. van Hoevell. Kota Bandung memang
dirancang untuk menjadi kota modern yang dapat memenuhi kebutuhan
warganya yang kosmopolit. Tampaknya ini juga yang kemudian mendorong
tumbuhnya sarana-sarana bagi pola kehidupan modern di Kota Bandung
yang memang sangat mendukung bagi perkembangan di bidang musik sampai
pada fashion.

Lebih jauh lagi, sebuah kota yang modern tentunya memiliki setumpuk
rutin yang dapat menyebabkan munculnya kebutuhan untuk memunculkan
sesuatu yang baru, atau sebut saja berbeda. Hal inilah yang agaknya
menjadikan pola-pola resistensi di dalam konteks sebuah kota menjadi
sebuah tradisi. Sebagian kalangan di Indonesia tentu kenal dengan
angkatan majalah Aktuil yang muncul di Bandung pada tahun '70-an.
Dengan tiga dedengkotnya, yaitu Sonny Suriaatmadja, Denny Sabri
Gandanegara, dan Remy Sylado, pada tahun 1973-1974 majalah ini sempat
berhasil menembus tiras sekitar 126 ribu eksemplar dan menjadi trend
setter anak muda yang penting pada masa itu, sampai kemudian berhasil
mendatangkan kelompok musik Deep Purple pada tahun 1975.

Mungkin ada juga yang tahu mengenai keberadaan geng motor yang
populer di kota ini sejak tahun '70 sampai dengan '80-an, yang
didominasi oleh para penggemar motor tua semacam Harley Davidson,
Ariel, BMW dan lain sebagainya. Pada masa itu, setidaknya ada 2
kelompok seperti Black Angel dan The Motor yang kemudian pada akhir
tahun '80-an mendorong lahirnya kelompok yang masih eksis sampai
sekarang, yaitu Biker's Brotherhood. Di era ini, selain komunitas
motor tua, sejak dibangunnya sebuah skate park kecil di Taman Lalu
Lintas (Taman Ade Irma Suryani) pada pertengahan '80-an, muncul
komunitas skate board yang kemudian menjadi cikal bakal bagi kelompok
bmx, punk, dan hardcore yang mulai populer di tahun '90-an. Lahir
belakangan, selain distro, clothing, record label, sederet nama yang
kemudian menjadi catatan yang penting bagi kota ini adalah kelompok-
kelompok band seperti Puppen (bubar pada tahun 2001), Pas, Koil,
Jeruji, Full of Hate, Forgotten, Burger Kill, Jasad dan masih banyak
lagi. Band-band inilah yang sering meramaikan acara-acara musik
underground di tempat seperti GOR Saparua, dimana biasanya banyak
komunitas anak muda yang memanfaatkan acara ini untuk saling
berkumpul dengan dandanan yang sangat spesifik.

Sebuah fenomena baru kemudian merebak di penghujung tahun 2001.
Setelah pertunjukan musik underground semakin jarang diadakan karena
semakin dipersulitnya masalah perizinan dan kendala dalam soal dana,
dalam beberapa waktu terakhir pada hampir setiap malam minggu, kita
bisa menemui sebagian warga Kota Bandung berparade di jalan-jalan
utama semisal Jalan Dago di wilayah utara kota. Berbagai komunitas
berkumpul sambil berpesta pora, meneruskan kebiasaan yang sebetulnya
sudah menunjukan gelagatnya sejak awal tahun '90-an. Seiring dengan
rontoknya rezim Soeharto, perilaku warga Kota Bandung pun
memperlihatkan polanya yang baru. Setidaknya sejak sekitar tahun '96,
orang-orang mulai terbiasa menyalurkan aspirasi mereka sebebas-
bebasnya. Hal ini ditunjukan dengan persentuhan yang mulai merasuk ke
ruang-ruang publik.

Seketika kelompok-kelompok dari berbagai komunitas, dari mulai
mahasiswa, penggemar otomotif, pelajar SMU, kelompok hobi, pedagang
dan lain sebagainya mulai tampak sering muncul di jalan-jalan utama
Kota Bandung. Di jalanan, setiap warga kota kemudian bertemu untuk
saling menonton dan menunjukan dirinya. Hal inilah yang agaknya
kemudian membawa berkah istimewa bagi perkembangan street fashion di
Bandung, yang kemudian sedikit banyak juga ikut mendorong distro-
distro yang ada untuk terus berkembang biak. Selain itu, sebagian
warga kota juga kemudian mendapatkan sarana fashion daur ulang di
wilayah Tegalega Mal yang dihuni oleh sekitar 3000 lapak penjaja
pakaian bekas pakai yang kebanyakan diimpor dari luar negeri. Berbeda
dengan distro, bisnis impor pakaian bekas yang sejak tahun '95-an
berpindah dari satu tempat ke tempat yang lain semisal daerah
Cibadak, Kebun Kelapa, sampai akhirnya di daerah Tegalega ini
terlihat jauh lebih sederhana. Pakaian bekas didatangkan dari luar
negeri, sesampainya di lapak langsung disetrika dengan uap panas dan
dijual dengan harga yang sangat murah oleh para pedagang, yang
kebanyakan adalah perantau dari daerah Padang, Sumatra Barat. Di
Tegalega Mal banyak orang dapat menemukan pakaian-pakaian bekas
dengan berbagai macam model, dari mulai t-shirt, sweater, gaun, jaket
kulit, berbagai macam asesoris sampai pada jenis pakaian model
vintage yang kuno dan ketinggalan jaman.

Struktur kota yang memiliki karakteristik yang khas inilah yang
tampaknya sangat berperan dalam merebaknya fenomena-fenomena baru
yang terus menerus mewarnai perkembangan Kota Bandung. Jalan-jalan
kota yang layak untuk dimanfaatkan untuk ngeceng dan berparade.
Distro-distro yang kemudian ikut menjadi penunjang bagi pola
pembentukan identitas kolektif dari setiap komunitas yang ada. Semua
sepertinya merujuk pada satu hal, baik secara geografis maupun sosial
kota bandung memang sangat menunjang aktifitas warganya. "Karena
Bandung kotanya kecil, jadi mau ngapa-ngapain gampang…lagian orang-
orangnya juga kekeluargaan, cair banget, baturlah, semua dianggap
sama." Ujar Dede pada suatu kesempatan. Hal ini juga kembali
disepakati oleh Dadan Ketu. Menurutnya, mereka yang berusaha di
bidang clothing lokal tidak menemui kesulitan yang berarti kereka
mereka harus berproduksi. "Mau cari bahan gampang pisan, tinggal ke
Jalan Otista, Tamim, Cigondewah, Cimahi, Majalaya, terus tukang
nyablon juga di sini mah banyak pisan, jadi nggak susah.", jelasnya.

1990: Desa Global, GMR, dan MTV

Tidak hanya di era '90-an, sejak awal kemunculannya harus diakui Kota
Bandung memang punya banyak kelebihan. Namun, pada periode ini tidak
dapat dipungkiri kalau ada pengaruh lain yang tak kalah penting bagi
perkembangan scene anak muda di Bandung, yaitu media. Di bidang musik
misalnya, melalui tangan dingin seorang Samuel Marudut (alm.), dulu
pada tahun '92-an sebuah radio yang bernama GMR menjadi satu-satunya
radio di Indonesia yang membuka diri untuk memutarkan rekaman demo
dari band-band baru yang ada di kota ini. Hal ini setidaknya ikut
memicu pertumbuhan scene musik yang ada pada saat itu. Kehadiran MTV
pun setidaknya memiliki peran yang tidak sedikit karena melalui
stasiun inilah beberapa band underground Bandung mendapat kesempatan
untuk didengar oleh publik secara lebih luas. Selain itu, para
presenter MTV pun tidak segan-segan untuk memakai produk-produk dari
clothing lokal yang berasal dari Kota Bandung, sehingga produk mereka
menjadi semakin populer. Dampaknya tentu saja tidak kecil. Selama
beberapa tahun terakhir warga Kota Bandung mungkin sudah mulai
terbiasa dengan jalan-jalan yang macet pada setiap akhir minggu.
Selain menyerbu factory outlet, para pengunjung yang datang ke Kota
Bandung pun ikut berbondong-bondong mendatangi distro-distro yang
ada, sehingga memicu pola pertumbuhan yang dapat dikatakan penting.

Kemunculan beberapa stasiun TV, radio, majalah, dan terutama
internet, semakin mendorong perkembangan beberapa komunitas anak muda
di Bandung. Selain menjadi semakin beragam, keberadaan media ini juga
menambah perluasan jaringan sampai ke kota-kota lain di luar Bandung,
malah sampai ke luar negeri. Ketika mulai merilis kaset dibawah label
40124, Richard mengaku pernah mendapatkan pesanan kaset rilisannya
dari seorang penggemar musik-musik underground dari Jepang, yang
memesan melalui internet. Sementara itu Dadan Ketu menyatakan kalau
sekarang ini memang sudah sangat biasa kalau ada salah seorang
pengunjung distro di Bandung datang dari luar negeri, semisal
Singapura atau Malaysia. "Mereka datang biasanya langsung ngeborong,
bawa kaset 100 biji untuk dijual lagi di negeri asalnya, ada yang
bayar kontan, ada juga yang nyicil," ujarnya.

Wujud dari terbentuknya jaringan yang meluas ini sebetulnya sudah
mulai terasa sejak tahun '97. Pada bulan Agustus 1997 sebuah label
rekaman punk dari Perancis yang bernama Tian An Men 89 Records
merilis sebuah kompilasi yang berjudul "Injak Balik! a Bandung
HC/Punk comp". Kompilasi ini didukung oleh sejumlah band Bandung
seperti Puppen, Closeminded, Savor Of Filth, Deadly Ground, Piece Of
Cake, Runtah, Jeruji, Turtles Jr, dan All Stupid. Tidak hanya
berhenti di sini, pada tahun 1999, label lokal yang bernama
FastForward kemudian merilis beberapa album dari band yang berasal
dari luar negeri seperti The Chinkees (Amerika), Cherry Orchard
(Perancis), 800 Cheries (Jepang), dan lain sebagainya. Menurut Marin,
salah seorang pendiri dari FastForward, setidaknya media-media
komunikasi seperti internet, mesin fax dan jaringan telepon punya
andil besar dalam proses produksi album dari band-band ini.

Perluasan jaringan yang mempertautkan perkembangan di bidang musik
dan fashion dengan perkembangan media dan teknologi informasi ini
setidaknya melahirkan sebuah kombinasi perkembangan yang baru, baik
dari segi wawasan maupun gaya. Hal ini menunjukan bahwa bagaimanapun
perkembangan yang ada di kota Bandung tidak dapat dipisahkan begitu
saja dengan setiap gejala perkembangan di tingkat global. Setelah
berdiri selama kurang lebih 194 tahun yang lalu, sejak Jendral
Maarschalk H.W. Daendles memerintahkan anak buahnya untuk membangun
Kota Bandung pada tahun 1809, kota ini terus menjadi saksi bagi
setiap perkembangan masyarakatnya. Seiring dengan waktu, sampai saat
ini scene anak muda di Kota Bandung masih terus tumbuh untuk
melengkapi pola perkembangan dengan wajah dan versinya yang baru.
Jangan kaget kalau tiba-tiba anda bertemu dengan sekelompok anak muda
dengan gaya yang identik dengan gaya anak muda di belahan dunia yang
lain. Kota ini memang sedari dulu sudah menjadi bagian dari kota-kota
lain di seluruh dunia. Salut! Selamat datang di Kota Bandung!

Kyai Gede Utama, 16 Januari 2003
Gustaff H. Iskandar


mhh.. setelah dibaca baca... that is bandung banget.. anjizzzzz..

2003/09/18

hey.. gue udah tau blogger apaan horray !

Sekarang udah ngerti sebagian tentang apa itu blogger, dan apa yang harus di isi.. disitu katanya kita bisa isi macem2 terserah kita karena it belongs to me so fill it with whatever. aku coba mo masukin satu buah karya yang paling menyesatkan namanya puisi.. neh.. teneneneng jrengssssssss....

GELAP DAN DINGIN

terduduk kaku terdiam bisu
satu dua tiga jam lewat
seribu sejuta nyawa hilang
memandang kosong kebutaan

hati busuk tetaplah kelam
dosa dosa tertumpuk
neraka beku menunggu
rendahkan diri memasukinya
siapkan kebencian
tumpahkan amarah
hancurkan kedamaian
bunuh rasa takutmu
hirup wangi darah itu

otak yang dulu kosong
sekarang terisi iblis
terpendam dan bersemayam
hitam dan dingin
tetaplah seperti itu
jangan pecahkan
pasakkan semuanya
dan biarkan selamanya
tertancap dan jangan ganggu

by dapit

judulnya gelap dan dingin bukan karena ada lagi kemping tapi baca aja lah sedikit scary dan berbau bau setan.. hiy takut..

2003/09/16

New BLOGS BOWWW !

Wowowowo new bloggs !! ??? #&*#*$# apaan nih blogs hahaha.. ciye dapit bunya blogger euy garaya wae !.. Ia dong punya blogger biar kayak anak internet, masa orang punya aku ga punya *iri* :p . Eh ada yang tau blogger gak apa artinya ? eh iya Hari ini kuliah memusingkan ! Kerja melelahkan ! Hidup membosankan ! Aneh yah ! bunuh diri menyesatkan apa dong yang harus aku lakukan ??? ngisi blog ga ada ide jadi kayaknya hrs tidur kali, iya butuh tidur neh! sekarang saatnya tidur !!!